Inspirasi di Pagi Hari

Inspirasi di Pagi Hari

Pagi ini saya berangkat naik angkot taksi1) menuju ke tempat kerja. Di dalam taksi sang supir dengan ramah menggoda seorang penumpang yang dilihat dari badge bernama Fitri dan bekerja di sebuah supermarket di komplek Mal Lembuswana. Dengan nada yang menggoda – tapi nggak bernada nakal – sang sopir mencoba memecah kesunyian di pagi tadi.

Lama dengan candaannya, sang sopir kemudian menepikan angkot taksinya karena ada calon penumpang seorang nenek. Dilihat dari fisiknya memang terlihat sudah berumur dan dengan tenaganya yang tertatih-tatih sang nenek berjalan memasuki angkot taksi. Sang sopir mencoba mengajak saya berdialog yang kebetulan duduk di kursi depan.

Tuh nenek udah tua banget, besok kita bakalan kaya itu” ujar sang sopir sambil melirik spion kirinya.

“Seolah mengingatkan kita yang muda-muda ini supaya gak terburu-buru dalam bertindak” lanjutnya.

Kemrungsung 2) nggih pak” sahutku dengan dialog bahasa Jawa.

“Iya, jaman sekarang kan orang terburu-buru mencari kekayaan, cari jalan pintas dan segala macem”

Dalam hati ku berpikir nih sopir asik juga dengan seketika bisa mengambil hikmah dari suatu momen.

Lama dengan pendapatnya yang lain, sang sopir mengalihkan pembicaraan ke nenek tadi.

“Nenek, resepe nopo awet enom mbah?” 3) Tanya sang sopir kepada sang nenek tadi

Kathah jamu4) sahut sang nenek dari belakang.

Khatah mlampah niku pak” 5) sahutku memberikan analisa.

Melihat fisiknya saya memperkirakan beliau berumur 80-an. Kemudian seorang penumpang menanyakan umurnya.

Sampun satus6) jawab beliau.

Gubrak!!! Seratus? Yang bener aja nek……ah, sudahlah mungkin beliau lupa degan umurnya atau memang benar seratus tak begitu penting.

Lama berselang sang sopir memegang tangan saya. “ Kita tuh hidup jangan sampai ada hutang. Satupun jangan!” ujar sang sopir memberi wejangannya.

“Kenapa pak?” tanyaku.

Belum sempat sang sopir menjawab, seorang penumpang di belakang sopir menyahut.

“Kalo gak ada hutang berarti gak semangat kerjanya” ujarnya.

“Bukan gitu” sanggah sang sopir…

Sayang belum selesai pembicaraan tadi, tak terasa saya sudah sampai ke tempat tujuan.

Duh sayang banget, perjalanan kurang lebih du puluh menit terasa singkat. Terpaksa saya wolk out dari pembicaraan itu. Andai saja pagi tadi memungkinkan, akan saya ikuti kemana sang sopir membawa angkot taksi itu demi sebuah inspirasi hidup yang lainnya.

***


1) Di Samarinda, angkutan kota (angkot lebih sering dinamakan taksi).

2) Terburu-buru.

3) Resepnya apa bisa awet muda.

4) Banyak minum jamu.

5) Banyak berjalan itu pak.

6) Sudah 100 tahun.


1 comment:

  1. Hiks, padahal pgn th bgt tuh endingnya
    jgn bikin daku mati penasaran om *halah

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya..

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home