Jape Methe

Apurie's Blog
Showing posts with label places. Show all posts
Showing posts with label places. Show all posts
Setelah puas berkeliling kota Kuala Lumpur, saatnya mencoba suasana yang berbeda di utara KL yaitu Genting Highland. Genting Highland merupakan tempat wisata keluarga yang lengkap yang berada di dataran tinggi. 
Di sini terdapat berbagai macam permainan yang terbagi menjadi 2 macam yaitu outdoor theme park dan indoor theme park. Outdoor theme park menyediakan wahana permainan seperti Roller Coaster dan teman-temannya. Ya seperti Dufan. Untuk indoor theme park saya asumsikan seperti Trans Studio, Makassar.

Selain theme park, di Genting juga terdapat beberapa kasino, bioskop dan beberapa pertunjukan lainnya serta beberapa hotel seperti First World Hotel.


Genting Highland
Untuk menuju ke Genting disediakan bus khusus ke Genting dari terminal Puduraya, KL Sentral, 1 Utama dan beberapa terminal  lainnya. Saya berangkat dari Stasiun KL Sentral dengan membeli tiket di loket sekitar pukul 09.00. Sayang, saya datang kurang pagi dan kehabisan tiket untuk bis pagi. Alhasil saya dapat bis untuk keberangkatan pukul 11.45 am. Tiket bis ke Genting seharga RM9.3/orang sudah termasuk tiket cable car. Tersedia pula tiket paket seharga RM47/pax sudah termasuk tiket bis, tiket cable car, tiket masuk ke outdoor theme park dan makan siang. Harga tiket masuk outdoor theme park bila beli di loket di Genting mencapai RM62!! Karena harga tiket paket yang mahal saya pun memutuskan untuk membeli tiket bis dan cable car saja, PP tanpa berkunjung ke outdoor theme park. Perjalanan ke Genting dari KL Sentral memakan waktu 1 jam. 

Menara Kuala Lumpur yang lebih sering disebut dengan KL Tower memang kalah tenar dibandingkan dengan adiknya Petronas Twin Tower, tapi sebelum ada Menara Kembar, KL Tower menjadi primadona landmark kota Kuala Lumpur. Walau kalah pamor, tetap saja KL Tower menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata Malaysia.

KL TowerTerletak tak jauh dari Petronas Twin Towers di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Kuala Lumpur dari ketinggian 421 meter di lantai pengamatan (observation deck) dengan harga tiket masuk untuk dewasa seharga RM 38. Sayang, berhubung saya datang sudah larut malam jadi saya tidak bisa menikmati pemandangan dari atas, jadi cuma keliling di lantai dasar (jam buka : 09.00am-09.30pm) Oh ya, di sini juga terdapat restoran berputar dengan pemandangan panorama 360o kota Kuala Lumpur. Untuk menikmatinya harus pesan tempat dulu ya..! Cocok untuk makan malam bersama pasangan. Prikitiw…!!!!
Selain observation deck, menara yang dijasikan menara telekomunikasi itu mempunyai beberapa tempat menarik seperti F1 Simulator Zone, Animal Zone dan yang lainnya
  dua sahabat
KL Tower dapat ditempuh dengan Rapid KL atau monorail dari KL Sentral menuju stasiun Bukit Nanas lalu dilanjutkan dengan taksi. KL Tower terdapat di atas bukit, jadi bila naik taksi langsung saja turun sampai atas bukit. Bila tidak, terdapat layanan antar jemput gratis dari pintu gerbang ke menara (pukul 09.00am – 09.30pm setiap 15 menit)


Tips :
  • Jangan tertipu dengan lokasi KL Tower dan Twin Tower yang kelihatannya berdekatan lalu memutuskan untuk jalan kaki, bisa-bisa malah benar-benar ‘jalan-jalan’. Apalagi bila tidak tahu posisi pintu masuknya.
  • Transportasi paling nyaman menuju ke sini dengan taksi.
  • info selengkapnya silakan kunjungi www.menarakl.com.my
Terletak sekitar 13 Km ke arah Utara dari pusat kota Kuala Lumpur terdapat tempat wisata yang pantas untuk dimasukkan ke dalam rencana perjalanan wisata ke Kuala Lumpur. Dikenal dengan nama Batu Caves, tempat ini merupakan tempat wisata sekaligus tempat ibadah umat Hindu. Tempat ini identik dengan patung dewa Murugan yang tingginya mencapai 42,7 meter. Dari pusat kota kawasan ini dapat ditempuh selama 30-45 menit dengan kendaraan pribadi.
batu cavesApa yang menarik di Batu Caves?
Jangan berharap banyak karena tempat ini hanyalah gua batu yang terletak di bagian atas bukit. Untuk mencapai tempat yang dimaksud pengunjung dihadapkan tantangan 272 buah anak tangga untuk mencapai puncak. Sebuah filosofi ringan bahwa untuk mencapai tempat tertinggi diperlukan langkah-langkah kecil.
Di dalam gua terdapat beberapa tempat peribadatan dan di sekitar kanan-kiri gua terdapat beberapa patung dewa dalam ajaran Hindu. Di pelataran parkir terdapat sekelompok burung dara, kita bisa berbaur dengan mereka, memberi makan atau sekedar berfoto. Bagi yang haus, terdapat kedai air kelapa muda. Di tempat ini pengunjung tidak dikenai biaya masuk alias gratis.
 inside the cave
Untuk menuju ke Batu Caves kita dapat menggunakan kereta api dari stasiun Titiwangsa, ada yang bilang juga dari KL Sentral bisa. Namun berhubung kurang mendalami rute Batu Caves dengan kereta api, saya pun memakai jasa tur yang ada di hotel. Mereka menyediakan tur Batu Caves dengan harga RM15/pax. Cukup murah. Namun berhubung tempat sudah habis, mereka menawarkan menggunakan taksi dengan biaya RM 85/2 orang. Beruntung, dalam waktu yang bersamaan ada 2 orang bule dari Amerika yang tertarik mengunjungi Batu Caves. Alhasil si bule pun mau diajak berbagi taksi dengan biaya RM 30/pax, PP dengan rute Batu Caves dan tur ke Butik Cokelat khas Malaysia plus mampir ke Istana Negara (bonus dari sopir taksi).


monyet
hati-hati dengan segerombolan kera

Tips :
  • Rencanakan kunjungan di pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari di siang bolong.
  • Siapkan stamina untuk menaiki 272 anak tangga, istirhatlah sejenak bila kelelahan.
  • Hati-hati dengan barang bawaan karena di sekitar tangga terdapat kera yang berkeliaran.
  • Durasi kunjungan tak lebih dari 1 jam sudah cukup.
  • Hindari bulan Februari saat perayaan festival Thaipusam karena tempat ini akan menjadi lautan manusia, kecuali bila tujuan kunjungan untuk berbaur dengan mereka.
  • Tak perlu berbelanja suvenir (seperti gantungan kunci Twin Towers) di sini karena harganya yang cukup mahal. Beli saja di pusat kota (i'll show you later)
Menjadi landmark negeri jiran Malaysia menara kembar Petronas menjadi tujuan utama kala berkunjung ke Kuala Lumpur. Pernah menyandang gelar sebagai gedung tertinggi di dunia pada masanya (dan masih menjadi gedung kembar tertinggi di dunia hingga saat ini), gedung setinggi 452 m dengan 88 lantai ini sayang untuk dilewatkan. 

Skybridge Visit, begitulah istilah untuk kunjungan ke menara jagung kembar ini. Fungsi utama dari double-decked skybridge ini sebagai penghubung antara kedua menara serta untuk jalur evakuasi bila terjadi kondisi darurat. Seperti kebanyakan gedung pencakar langit lainnya, gedung ini pun mampu ‘bergoyang’ bila diterpa angin, jembatan yang terhubung di antara kedua jembatan mampu bergeser secara flexible dengan batas maksimal tertentu.

twin towerUntuk mengunjungi menara ini disarankan untuk datang pagi-pagi, loket dibuka mulai pukul 08.30 dengan jumlah tiket yang terbatas. Biaya tur adalah RM 10 untuk sampai di skybridge, bila ingin sampai lantai tertinggi tersedia paket tur seharga RM 40.
Tur diawali dengan pemutaran film pendek berdurasi 7 menit tentang apa itu Petronas, kontribusi Petronas terhadap negara serta pembangunan menara itu sendiri. Tur akan dibagi menjadi 2 grup dengan tanda kartu pengenal berwarna hijau, biru, kuning, merah atau hitam yang dibagikan/dipinjamkan sebelum masuk ke bioskop mini.
Sebelum naik ke lantai 41 di mana double-decked berada pengunjung akan melewati mesin security check seperti di bandara. Naik ke skybridge lantai 41 dengan high speed lift dalam waktu kurang lebih 41 detik (kecepatan lift 6m/detik)
Di dalam skybridge sepanjang 58,4 m ini pengunjung akan diberikan kesempatan selama 15 menit untuk menikmati pemandangan di sekitar menara. Guide tour akan memanggil pengunjung berdasarkan warna tanda pengenal bila waktu telah habis.
Begitu saja? Belum...! Nikmati galeri Petronas/area pameran di pintu keluar (yang berisi tentang informasi seputar Menara Kembar), Suria KLCC (shopping mall) di lantai bawah dan PETROSAINS di lantai 4 Suria KLCC.
 The design of each tower’s floor plan is based on simple Islamic geometric forms of two interlocking squares creating a shape of eight-pointed star. Architecturally, these forms reflect important Islamic principles of “unity within unity, harmony, stability and rationality”.

queue visit hour
tiket habis harga paket

Tips :
  • Datang pagi hari untuk antre tiket (loket buka mulai pukul 08.30), jam kunjungan bisa kita pilih atau untuk waktu kunjungan terdekat (jam 9.00AM – 5.00PM, buka setiap hari kecuali hari Senin tutup). Satu orang anteran maksimal untuk 5 tiket, jadi kalau rombongan gak perlu antre semua. Gantian aja, sisanya bisa jalan-jalan di dalam menara. FYI, saya antre hampir 1,5 jam karena jam 08.45 baru datang dan dapat jam masuk 10.20, turun dari skybridge sekitar pukul 11.10.
  • Di depan pintu masuk terdapat Gift Shop tempat pernak-pernik seputar Twin Towers. Tak ada salahnya mengunjungi tempat ini, namun sayang rasanya bila berbelanja di sini, masih ada tempat lain untuk berbelanja barang yang sama dengan harga yang jauh lebih murah. I’ll show you in next article.
  • Transportasi menuju menara ini dapat ditempuh dengan bus, kereta atau taksi. Stasiun KLCC masih berada di area menara. Bila naik taksi gunakan taksi argo untuk harga yang murah (bukan taksi mangkal) bilang saja tujuan ke KLCC (pengejaan English).
  • Total waktu kunjungan sekitar 4-5 jam termasuk antre tiket, skybridge visit, jalan-jalan santai di Suria KLCC, makan siang serta photo session.
  • Photo spot ada di taman di depan menara. Menara tampak lebih menarik pada malam hari, bila perlu gunakan tripod.
(ceritanya itu saja? Belum, masih ada Batu Caves, KL Tower, Genting Highland, tempat belanja suvenir murah meriah dan beberapa tips lainnya)
1. Punya 2 bandara internasional, KLIA (Kuala Lumpur International Airport) dan LCCT (Low Cost Carrier Terminal). KLIA untuk pesawat full board airlines seperti Malaysia Airlines, Garuda Indonesia, KLM dan sejenisnya sedangkan bandara LCCT khusus digunakan untuk budget airlines seperti AirAsia.
2. Bila mendarat di LCCT, hamparan luas perkebunan kelapa sawit siap menyambut saat tiba di Kuala Lumpur
3. Mengambil gambar di sekitar terminal tidak diperbolehkan, tanda larangan sudah terlihat di sisi kanan runway. Sebelum penumpang turun dari pesawat, pilot juga mengumumkan larangan ini. Tapi curi-curi sedikit bisa lah...
4. Perbedaan waktu 1 jam dari Jakarta (GMT +0800). Jam 8 malam di KL berasa jam habis maghrib di Indonesia, jam 7 pagi di KL berasa jam 5 subuh. Masih gelap gulita.
5. Urusan transportasi jauh lebih baik dari Jakarta. Motor tak terlalu banyak berlalu lalang-seperti di Jakarta-dikarenakan mereka lebih memilih menggunakan transportasi massal. 
6. Menurut saya lebih baik berkomunikasi dengan bahasa Inggris daripada sama-sama 'loading' telat mikir bila menggunakan bahasa Indonesia. Kecuali bila memang sudah paham dan terbiasa dengan bahasa Melayu. 
7. Banyak penduduk keturunan-berwajah-India di sini. Mulai dari security, petugas bandara, petugas hotel, pedagang, sopir taksi dan yang lainnya. 


Dunia memang sempit, jauh-jauh ke sini ketemu juga turis asal Jogja, tetangga kampung lagi. Jape Methe, dab!!!
Bicara soal pantai di Jogja terdapat beberapa nama seperti Parangtritis, Parangkusumo, Samas, Baron, Krakal, Kukup dan beberapa nama lainnya. Di antara nama-nama tersebut Parangtritis menjadi tujuan wisata pantai yang terkenal dengan ombaknya yang besar. ‘Paris’ Yogyakarta menawarkan pemandangan laut yang indah serta kenikmatan menyusuri pantai dengan menunggang kuda.

Parangtritis punya nama beken ‘Paris’ karena kemudahan pengucapannya, meski tak ada hubungannya sama sekali dengan kota Paris, Perancis.
paris van jogja

Tips berwisata ke Parangtritis
1. Pilih waktu berkunjung sore hari untuk menghindari panas terik sinar matahari. Sinar matahari pada sore hari cenderung lebih bersahabat daripada siang hari. Bila perlu gunakan pelindung seperti topi, kacamata hitam atau krim sunblock.

2. Lebih nyaman bila mengenakan sandal daripada sepatu karena lebih leluasa berjalan di pasir atau pinggir pantai.

3. Disarankan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna HIJAU . Warna ini merupakan warna favorit Ratu Pantai Selatan, masyarakat sekitar meyakini bila pengunjung mengenakan pakaian warna hijau akan ‘diambil’ oleh Ratu Pantai Selatan.

4. Pihak pengelola melarang pengunjung untuk berenang di pantai karena ombaknya yang besar. Namun bila ingin bermain dengan ombak, perhatikan posisi anda. jangan terlalu jauh dengan bibir pantai. Pada waktu tertentu ombak yang lebih besar akan datang tiba-tiba dan membuat anda lebih jauh dari bibir pantai.

5. Jangan tinggalkan jejak negatif atas sampah-sampah makanan anda.

6. Jangan lewatkan pesona sunset menjelang petang. it’s so beautiful. Jangan lupa bawa kamera ya..!!!

Berburu oleh-oleh cenderamata merupakan akhir cerita dari setiap perjalanan wisata. Buah tangan cinta untuk orang terdekat maupun keluarga seolah menjadi hal yang wajib.
Saya kurang begitu paham dengan oleh-oleh khas Thailand, namun cenderamata yang bisa dibawa pulang dari negeri Gajah Putih ini biasanya kaos bernuansa Thailand seperti bendera Thailand, gambar Gajah, gambar alat transportasi Tuk-Tuk, Grand Palace dan yang lainnya.

oleh-oleh ThailandBila sempat mampir mengunjungi Grand Palace, di depan pintu masuk terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan aneka cenderamata untuk dibawa pulang. Alternatif lainnya bisa berkunjung ke pusat perbelanjaan MBK Center di kota Bangkok. Dapatkan informasinya melalui brosur MBK Center di hotel atau tanyakan resepsionis, jangan sampai waktu terbuang karena tersesat.

 

MBK Center

Sesampainya di MBK Center silakan menuju ke lantai 6 tempat pusat kerajinan Thailand. Berbagai jenis tanda mata tersedia mulai dari gantungan kunci, kaos, miniatur patung budha, hiasan meja dan lain sebagainya.

Dibandingkan dengan harga di luar, harga di sini tergolong lebih mahal, namun harga tersebut masih bisa ditawar. Saran saya, bila memungkinkan bersikap ramah dan bercanda dengan penjual tak ada salahnya. (Dari obrolan saya dengan salah seorang penjual, beliau berkeluh kesah tentang dampak usahanya yang merosot tajam akibat dari situasi politik Bangkok yang berujung kerusuhan).

Di tempat ini pula saya berhasil mengaplikasikan jurus jitu tawar-menawar yang saya miliki.

 (pic MBK Center taken from http://mbk-center.co.th)

Sungai Chao Phraya mengingatkan saya akan sungai Mahakam di Kalimantan, khususnya di Samarinda yang mempunyai lebar sungai yang hampir sama. Bedanya, Chao Phraya River berhasil diberdayakan menjadi komoditas wisata di Bangkok. Bila berencana berwisata ke Bangkok, Chao Phraya River bisa menjadi referensi tempat tujuan wisata.
Ada apa di Chao Phraya River? Kesempatan makan malam di atas kapal yang melintasi sungai menjadi salah satu daya tariknya. Tak hanya wisatawan asing, wisatawan lokal pun banyak saya jumpai. Bila tertarik silakan datang ke dermaga kapal ini. Ada beberapa perusahaan penyedia tur sungai ini, salah satunya terdapat di River Side. Datang saja ke River Side Hotel pada sore hari. Jam keberangkatan kapal sekitar pukul 19.00. Atur jadwal senyaman mungkin dan pertimbangkan lalu lintas kota Bangkok yang macet pada jam-jam pulang kantor.

chao phraya river

Menikmati The Grand Palace, ‘Keraton-nya’ Bangkok
Wat Phra Kaew, dalam bahasa Inggris disebut Temple of the Emerald Buddha mempunyai nama lengkap Wat Phra Sri Rattana Satsadaram yang menjadi landmark kota Bangkok adalah sebuah komplek bangunan yang berada di Bangkok, Thailand. Pada abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-20 tempat ini digunakan sebagai tempat para pejabat tinggi dan Raja Thailand. Komplek ‘keraton-nya- Bangkok ini seluas 218.000 m2 dan dikelilingi tembok sepanjang 1.900 meter.
welcome
Wat Phra Kaew (yang kemudian dikenal dengan The Grand Palace) bisa ditempuh dengan taksi dengan biaya sekitar 120 Baht (sekitar Rp. 34.000) dari Pradipat Road. Beberapa supir taksi tidak mengenal nama Grand Palace, saran saya gunakan istilah Wat Phra Kaew, atau tunjukkan peta wisata Anda.

grand palace

Hanya dengan 350 Baht (sekitar Rp. 98.000) per orang kita bisa mengelilingi komplek (untuk penduduk lokal/Thai tidak dikenakan biaya). Di pintu masuk, pengunjung disediakan peta dan informasi seputar Grand Palace secara cuma-cuma. Tempat ini dibuka setiap hari dari pukul 08.30 hingga 16.30. Tiket dijual di loket hingga pukul 15.30
Setelah selesai, jangan lewatkan pernak-pernik, kaos dan souvenir lainnya yang dijual pedagang di depan pintu keluar Grand Palace.

Pekan ini mulai tanggal 11 Mei hingga 15 Mei, Indonesia sedang menjadi tuan rumah perhelatan Internasional di bidang kelautan melalui World Ocean Conference (WOC) yang diadakan di kota Manado, Sulawesi Utara. Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah WOC 2009 dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai ragam kekayaan dan keindahan laut yang telah diakui di tingkat dunia, termasuk keindahan terumbu karangnya

Di WOC ini akan dibahas tentang isu-isu kelautan yang berhubungan dengan perubahan iklim serta membahas kerjasama antar negara dalam upaya penyelamatan laut untuk ekonomi dunia. Info tentang WOC2009 ada di sini.

Manado identik dengan Bunaken, dan lelucon yang beredar Manado identik dengan 4B yaitu, Bunaken, Boulevard, Bubur Manado dan Bibir Manado. Untuk yang terakhir hanya untuk konsumsi orang dewasa. Hehehehe.. Berbicara soal Bunaken yang memiliki keindahan taman terumbu karangnya merupakan salah satu bagian yang terlewatkan saat liburan ke Manado bulan lalu. Deuh, kapan ya ke Manado lagi buat menjawab rasa penasaran akan Bunaken?


(gambar dari situs WOC2009)


When a Picture Tells a Story
Perjalanan menghabiskan weekend berakhir, hanya lelah yang tersisa di samping pikiran yang udah mulai fresh. Seperti edisi liburan ke Jogja setahun kemarin yang merangkum beberapa foto dalam Residu, kali ini ada beberapa momen narsis, norak, kampungan dan ndeso yang terekam dalam kamera.



Ini bukan di Bunaken, ini di kolam renang



Lebay



Nyari apaan sih pak? Ikan?



Menikmati menu jus spesial di RM. Nelayan (bukan jus cicak hahaha…)



Pemandu Wisata



Gaya lo…!!!
Baca juga :
Update :
Maaf, foto-fotonya cuma ini, beberapa yang lainnya tak lulus sensor. Special thanks to Phie atas tetesan peluhnya buat ngejagain karma Plurk selama saia berliburan. hehehe...
Menuju Puncak Bukit Kasih
Dari kejauhan terlihat sebuah salib besar berdiri di atas bukit, itulah daerah wisata Bukit Kasih, Kowangkoan – Minahasa. Meskipun berdiri salib besar, bukan berarti ini adalah tempat wisata khusus umat kristiani, keberadaan salib saya pribadi hanya mengartikannya sebagai simbol mayoritas agama warga sekitar. Bukit Kasih adalah tempat spiritual untuk umat agama Kristen, Islam, Budha dan Hindu dengan adanya tempat ibadah masing-masing agama yang daling berdekatan.
Namun saya tak berkesempatan untuk mendekat ke tempat ibadah tersebut yang berada di puncak bukit dikarenakan tenaga yang telah terkuras untuk menaiki anak tangga yang berjumlah lebih dari 350 buah dengan sudut kemiringan kurang lebih 30 hingga 45 derajat. Itu belum tempat salib berdiri yang berada lebih tinggi. Wah bisa pingsan…
Bau belerang menyengat hidung tatkala saya mencoba mendekat ke salah satu titik mata air panas. Saat saya berpose, salah seorang pedagang sedang memasukkan sekarung jagung mentah yang akan direbus di dalam air panas tersebut.
Hari menjelang sore, saatnya ‘turun gunung’ kembali ke kota Manado, namun sang driver sekaligus pemandu wisata sempat mengajak untuk singgah sebentar di danau Linow. Beliau juga bilang bila datang ke Manado tak lengkap rasanya bila tidak mampir ke Taman Nasional Bunaken. Bunaken? Lain kali aja, udah ga kuat ni kaki habis tenaga di Bukit Kasih (doh).
Waktu luang yang hanya sehari rasanya tak cukup untuk menjelajah kota Manado, karena keterbatasan waktu perjalanan-pun berakhir di Boulevard kota Manado sekedar berfoto narsis. Setelah bersanati di kolam renang hotel, malam harinya tak kuasa menahan lelah sekaligus persiapan bangun pagi untuk berangkat dari hotel pukul 05.00 pagi.
(Sebuah kebetulan, saat santai di kamar hotel dan memainkan tombol remote TV tak sengaja mata menangkap acara Seribu Pulau TVOne yang sedang menjelajah di Bukit Kasih. Hmmmm…)



Bukit Kasih




Bukit Kasih dari Puncak




Danau Linow




Pesona dari Boulevard Manado




Muka Kusut Akibat Bangun Pagi




Mumpung belum take-off, mumpung masih ada sinyal

Baca juga :
Menelusuri Pesona Sulawesi Utara
Untuk yang pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pulau Sulawesi melalui bandara Sam Ratulangi dengan tujuan kota Manado, Sulawesi Utara. Kesan pertama begitu keluar dari area bandara adalah kesan bersih dan bebas dari pengamen dan anak jalanan. Sesekali terlihat jalanan sedang diaspal guna mempersiapkan agenda Internasional WOC (World Ocean Confrence) yang akan diadakan pertengahan Mei 2009 mendatang.
Dengan penerbangan terakhir pukul 19.30 dari bandara Sepinggan, Balikpapan (delayed setengah jam) praktis tak punya rencana khusus untuk malam harinya, istirahat di kamar hotel aja itung-itung menikmati fasilitas hotel berbintang.. Ndeso..!! (foto-foto narsis dan ndeso bin norak akan ada di bagian akhir cerita perjalanan ke Manado)
Esok harinya adalah rencana untuk menjelajah alam sekitar Manado ke Danau Tondano, Bukit Kasih, Danau Linow dan beberapa tempat lainnya dengan jasa transportasi dari pihak hotel dan dengan bantuan Pak Stenley selaku driver merangkap sebagai pemandu wisata.



City view from 12th floor



Sunrise



Jauh di Mata
Landscape kota Semarang dilihat dari ketinggian 99 meter di menara Masjid Agung Jawa Tengah
Peserta Qwords.com Photo Blog Competition 2008
Judul : Masjid Agung di Antara Keagungan-Nya
Lokasi : Semarang, Jawa Tengah
Masjid Agung, Semarang, Jawa Tengah

Bangunan peninggalan kolonial Belanda itu hingga sekarang masih digunakan sebagai stasiun utama di Yogyakarta selain stasiun Lempuyangan. Sebagai salah satu stasiun terbesar dan tertua di Indonesia, stasiun tugu memiliki 6 jalur kereta. Letaknya yang sangat strategis memudahkan akses dari dan ke kota Yogyakarta. Stasiun Tugu terletak kurang dari 1 Km dari bangunan Tugu, landmark kota Jogja. Anda tak perlu membuang waktu untuk sampai di kawasan belanja Malioboro karena kawasan Malioboro terletak di sebelah Selatan stasiun Tugu.

Memanfaatkan untaian rantai yang membentang di depan pintu utama sebagai batas kendaraan, saya mencoba mengabadikan “JOGJAKARTA” dalam lensa.


Judul : Through the Chain

Lokasi : Stasiun Tugu Yogyakarta




Sebuah monument yang telah menjadi landmark kota Jogja. Bangunan yang berada di persimpangan Jl. Diponegoro, Jl. AM. Sangaji, Jl. Jend. Sudirman dan Jl. P. Mangkubumi itu menjadi salah satu poros imajiner pihak Keraton Yogyakarta. Jika ditarik garis lurus dari Selatan ke Utara maka akan ditemukan garis lurus Laut Kidul, Keraton, Tugu dan Gunung Merapi.
Bentuk Tugu sekarang berbeda dengan bentuk bangunan yang dulu. Bangunan ini telah mengalami beberapa kali perubahan terutama saat gempa menguncang Yogyakarta pada tahun 1867.



(Foto diambil saat Jogja menjelang pagi sekitar pukul 04.50 WIB – meta tag 05.50 WITA - saat kondisi jalan belum ramai oleh kendaraan sehingga memungkinkan untuk meng-explore bangunan itu)
           Tak sabar rasanya menunggu tiba saat
pukul 430pm. Ku ingin segera beranjak untuk menuntaskan hasrat yang terpendam.
Saat tiba masanya, ku kayuh sepedaku lajukan Juprie ke tempat yang
diidam-idamkan. Telah lama kunantikan saat ini sekedar untuk menuntaskan hasrat
yang telah sampai ke ubun-ubun.  Angka di
Ordometer bertambah 5 Km, 10 Km, ah jauh juga ternyata. Angka semakin bertambah
di angka 15 Km, 20 Km…sial, ternyata ku salah jalan. Kebablasan sodara-sodara! Bagooss….!!


            Kuputar kemudi, ku lajukan sang tunggangan
hingga 60 Kph. Tak lama ku menemukan ‘rumah’ tujuan untuk menuntaskan hasrat
itu. Masih 5 Km lagi untuk sampai sana.
Tak lama dari kejauhan kulihat lampu-lampu dengan benderang menerangi di
sekitar ‘rumah’ megah itu. Akhirnya ku sampai di sini.
Stadion Utama
Kaltim, Palaran
…!!!!!

Benar
kata di media, megah, mewah, luas (bikin capek
euy
!!).

Jangan
salah, stadion ini telah memakan korban! Justru tuan rumah-lah yang menjadi
korbannya. Dengan dukungan penuh dari tuan rumah, kesebelasan Kaltim takluk oleh
permainan cantik Jatim.
2-0!!! Ternyata dukungan semangat saja tidak
cukup. Tak apalah, kalau ada kesempatan besok nonton lagi perebutan medali
perunggu antara Kaltim vs DKI Jaya plus laga puncak Papua vs Jatim.
Hidup Jatim!!!! (loohh!!!)

           

            Pendukung Jatim yang merupakan
pendukung minoritas kalah suara dengan pendukung Kaltim. Sempat terjadi
keributan kecil setelah gol pertama tercipta hingga pendukung Jatim diminta
keluar!! 




Keluar..keluar

Keluar…keluar

Buat apa rusuh…

Buat apa rusuh…

Rusuh itu tak ada gunanya…!!







            Mata ini sengaja ‘belanja’ untuk
mengagumi stadion yang konon katanya menjadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah stadion GBK, Jakarta. Selain itu stadion ini penerangannya
tanpa menggunakan tower lampu, untuk
penerangan utama menempel jadi satu dengan atap stadion. Katanya sih ini yang
pertama di Indonesia!!


            


 (tepar di rumput Old Trafford-nya Indonesia senilai Rp. 2M)

 











            Imajinasiku sempat melayang,
seandainya pas ada acara gini trus mati lampu gimana ya??

Ngomong-ngomong
soal mati lampu, perasaan selama PON ini malah ga pernah mati lampu di Samarinda. ya?
Bagus aja, asal setelah PON XVII ini berakhir, PLN jangan ‘balas dendam’!!

Mungkin
pengaruh gengsi juga kali ya, masa’ pas lagi acara ada mati lampu. Malu donk ama daerah lain, apa kata dunia? Cape deh!!









(end)
Previous PostOlder Posts Home