Berwisata ke museum pada dasarnya akan membuka lembaran-lembaran cerita lampau tentang perjuangan atau asal-usul. Benda bersejarah dan benda seni menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cerita lampau sebagai bukti autentik untuk generasi terkini.
Monumen Yogya Kembali atau biasa disingkat dan disebut dengan Monjali merupakan monumen yang berisi sejarah perjuangan tentara Yogyakarta melawan Belanda, khususnya perang gerilya merebut kembali kota Yogyakarta selama enam jam pada tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Monumen Yogya Kembali |
Ciri khas dari bangunan ini adalah bentuknya yang menyerupai tumpeng raksasa berwarna putih dan garis hitam vertikal di bagian depan. Saat memasuki area monumen pengunjung akan disambut oleh daftar nama-nama pejuang yang gugur dalam perang perjuangan bangsa tahun 1945 – 1949.
Nama-nama pejuang yang gugur |
Diorama perjuangan bangsa |
Di bangunan ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni museum dan perpustakaan di lantai dasar, diorama perjuangan para pahlawan di lantai 2 dan tempat hening di bagian atas.
Di bagian museum pengunjung bisa melihat koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Serangan Umum 1 Maret seperti tandu yang digunakan Jendral Sudirman. Menuju lantai dua, pengunjung akan disuguhkan diorama, ruangan sekitar 3x2 meter yang berisi patung replika tokoh-tokoh penting dengan latar belakang seperti pada masa itu. Diorama terasa lebih hidup saat suara latar melengkapi pesan dengan adanya suara pidato atau suara tembakan dan ledakan bom. Terdapat sekitar 7 diorama yang mewakili jalan cerita perjuangan merebut kota Yogyakarta.
Di bagian paling atas di dalam tumpeng putih ini terdapat ruangan kosong dengan relief gambar tangan di dinding dan sebuah tiang bendera. Relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan ini bernama Garbha Graha yang digunakan untuk tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
Garbha Graha |
Tempat seperti ini cocok sebagai tempat wisata sejarah untuk mengenang dan mengenal perjuangan para pahlawan terutama ditujukan untuk generasi sekarang yang hanya mengenal sejarah perjuangan bangsa melalui cerita.
Relief yang berada di sekeliling bangunan utama |
Monumen Yogya Kembali
Jl. Lingkar Utara, Jongkang Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta |
Operasional : Selasa - Minggu (Senin tutup)
Jam buka : 08.00 - 16.00 Tiket : Rp7.500 (wisatawan lokal) Izin Memotret : Rp1.000 |
taman pelangi di pelataran monjalinya gak diulas? :)
ReplyDeleteTaman Pelangi ramenya di malam hari, dan ternyata saya ga sempet mampir di malam hari...
Deletearsitekturnya mengadopsi pyramid ya,
ReplyDeleteapa yang rancang penganut kabbala juga, hehe
nah perku diselidiki lebih lanjut tuh...
Deleteatau saya nya yang terlalu tergila-gila sama teori konspirasi..?
Deletehehe
Lebih rame restoran deket monjali itu :D
ReplyDeletetepatnya di sebelah mana?
Deletesaya jadi kangen jogja!
ReplyDeleteBali wae nang Jogja.. hehehee..
DeleteBoleh juga neh... salah satu tips perjalanan saya nantinya. trims atas infonya gan....
ReplyDeletemakasih referensinya... Bisa dijadikan rujukan kunjungan ke Jogja nih. BAru tahu loh ternyata motret juga ada retribusinya. Hehehe...
ReplyDelete