Jape Methe

Apurie's Blog
“Makanya prie, mending ngrokok aja”
“ah..kagak pake”
“daripada jadi perokok pasif lebih bahaya kan?”
“eh tapi menurutku malah lebih bahaya perokok aktif loh”
“ah, mana ada justru yang pasif itu malah bahaya menghirup asap rokok”
“iya, tapi kalo perkokok aktif itu lebih bahaya karena dia juga jadi perokok pasif”
“????”
“dia udah jadi perokok aktif, trus dia ikut hisap juga tuh asapnya. Nah, In My Humble Opinion dia juga jadi perokok pasif. Begono maksudnya...”
“ah..itu sih bisa-bisanya kamu aja prie!”
“he..he..”
Siapa yang gak tau rokok? Sekalipun banyak yang tahu benda ini beracun, toh masih saja dengan santai dikonsumsi. Yang lebih parah, tak jarang si perokok ‘merampas’ hak kenyamanan orang lain.
Ya, saya ulangi MERAMPAS!!
Seorang perokok akan memandang orang-orang di sekitarnya sombong dan tidak memiliki toleransi padanya karena merokok. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. Seorang perokok yang tetap merokok di tengah kerumunan orang yang tidak merokok itulah justru yang merupakan orang sombong dan tidak toleran. Orang-orang di sekitar perokok berhak untuk mendapatkan udara yang bersih dan sehat. Mereka sangat tidak pantas untuk mendapatkan resiko-resiko yang diakibatkan oleh rokok karena mereka sama sekali tidak merokok.

Bagaimana tidak, tidak jarang lagi santai tiba-tiba dengan enaknya ada orang tanpa perasaan berdosa duduk di dekatku sambil sebal-sebul dengan asap rokoknya mengatasnamakan hak! Mending kalo permisi dulu!!
Silakan kalo mau merokok, toh itu pilihan hidup mereka, hak mereka tapi mbok ya hargai juga hak kita-kita yang memilih menghirup udara bersih bukan asap rokok yang malah menjadikan non-perokok jadi perokok pasif.
Perhatikan, berapa kali Anda melihat seorang cewek merokok? Sekali lagi CEWEK!! Cewek secantik apapun, seseksi apapun tapi dia merokok, hohoho..maaf saja respect saya terhadap tuh cewek saat itu mendadak berubah. Oke, silakan kalau mau berbicara tentang emansipasi, tapi mbok ya mikir kesehatan kandungan, kesehatan rahim, de es be.
Anak remajapun makin kreatif curi-curi kesempatan coba-coba merokok di kantin belakang atau di luar pagar sekolah. He…sebagai seorang yang pernah muda (deuh baru nyadar kalo dah tua) saya pun pernah coba-coba menghisap yang namanya rokok. Sekali dua kali menghisap rokok, cuma batuk dan hambar yang datang. Kali ketiga batuk tetap mengiringi hisapanku, tapi tak membuatku ketagihan.
Beruntung, saya tak tergoda lebih jauh dengan yang namanya rokok. Bukan tanpa sebab, waktu itu secara tak sengaja saya menemukan sebuah majalah bernama Intisari yang di dalamnya terdapat artikel tentang dunia rokok. Merasa tertarik, saya pun membacanya berulang-ulang. Dari situlah saya punya 'alasan' untuk menolak yang namanya rokok.

Tak perlu pusing pro-kontra tentang hukum rokok, wong saya gak merokok apapun hukumnya tetep aman. Tak perlu pusing cari korek pas mau merokok. Tak perlu pusing menyisihkan uang jajan untuk rokok, mending buat beli pulsa.

Pernah baca dari internet, 7 dari 10 orang perokok aktif ingin berhenti merokok. Jadi kenapa harus memulainya? Biarin aja mereka beranggapan gak jantan kalau gak merokok, gak keren kalau gak merokok. Sekali lagi itu pilihan mereka, saya pun punya pilihan untuk tidak merokok. Mereka punya hak merokok, saya pun punya hak yang sama untuk mendapatkan udara bersih tanpa asap rokok.

Tak perlu mikirin nasib para karyawan pabrik rokok bila gak ada yang merokok, tak perlu mikirin pajak negara yang berkurang gara-gara jumlah perokok menurun, tak perlu pula pusing mikirin nasib para pembuat iklan rokok bila jumlah perusahaan rokok mulai sedikit, yang penting mulai dari diri sendiri! Lagi pula sepertinya itu tak mungkin terjadi mengingat jumlah perokok yang kian meningkat, termasuk perokok pemula yang berada di usia dini.
Sekedar mengingatkan tentang rokok di hari anti tembakau sedunia, hayuuk atuh kang mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai dari sekarang.

Tentang rokok, silakah kunjungi :
  1. Stop Merokok
  2. Berhenti Merokok
  3. Kampanye Anti Rokok
  4. WHO, World No Tobacco Day
  5. Indonesian Tobacco Control Network
(end)

Sabtu, 10 Mei 2008

Bandara Soetta, Terminal 1B Cengkareng

Langkahku perlahan terhenti melihat dua sosok yang kukenal duduk di bangku arah jam 1.

“Halo mas, apa kabar?” sapaku dengan bahasa Jawa sambil menyalami mereka berdua.

“Baik aja!” jawab mas yang duduk di bangku sebelah kiri berbaju putih.

“Mo ke mana nih” tanyaku membuka percakapan (lebih tepatnya basa-basi).

“Mo ke Bali, biasa!” jawab mas yang tadi masih dengan bahasa Indonesia.

“Oh, gi manggung ke sana ya” sahutku.

“Loh, yang lain ke mana” tanyaku heran.

“Udah pergi duluan” jawab mas yang berbaju hitam

“Sekarang markasnya di mana sih mas” tanyaku masih dengan logat Jawa.

“Ada di Jatibening” jawab mas berbaju putih singkat

“Hah? Udah gak di Blunyah lagi?” tanyaku heran

“Udah engga, udah lama pindahnya yang di Blunyah udah gak ada” jawab mas yang berbaju hitam dengan bahasa Jawa.

“Oh…” gumamku sambil ngangguk-ngangguk.

“Boleh minta foto ya buat keponakan” tanyaku meminta.

“Oh boleh aja” jawab mereka kompak sambil mengambil posisi.

Bunyi shutter kamera pun terdengar

“Mas sekali lagi ya” pintaku

“Ok mas, ma kasih ya” ujarku.

“Oh iya sama-sama” jawab mereka

“Salam buat keponakannya” kata mas berbaju hitam

“Ok, met sukses aja!!” sapaku yang terakhir buat mereka sembari menyalami mereka satu per satu.

Saat tiba menyalami mas yang berbaju putih kulihat sepintas raut muka mas tadi, dan bisa kubaca dari mimiknya seolah mengatakan ‘Hah, siapa sih ini orang kok sok kenal gitu ya?Udah item, jelek pake sok kenal lagi!’



Silakan lihat baik-baik! yang terawat dan yang tak terawat.

Jape methe, dab!!

pic: yang punya blog diapit Pongki dan Icha.

(end)

Jika Bandung punya C59, Bali punya Joger, maka Jogja punya Dagadu.
Dalam bahasa walikan khas Jogja, Dagadu berarti matamu. Tak heran logo produk Dagadu adalah gambar mata. ‘Matamu’ sendiri awalnya merupakan sebuah umpatan yang kemudian oleh beberapa pemuda dijadikan sebuah brand untuk souvenir khas Jogja.
Keunikan dari produk Dagadu adalah desainnya yang inovatif dan lucu. Beberapa di antaranya menggunakan bahasa plesetan. Lihat saja contoh desain kaos di bawah ini.



Bulan Juni waktunya liburan sekolah. Bagi yang berancana berlibur ke Jogja bersama keluarga tercinta tentu tak berkesan bila tidak mampir ke Malioboro.
Di pedagang kali lima sepanjang jalan Malioboro adalah tempat untuk mendapatkan oleh-oleh khas Jogja dengan harga terjangkau. Tapi jangan salah, bila tidak teliti Anda bisa mendapatkan barang dengan harga 3 kali lipat lebih mahal. Tertarik belanja di pedagang kali lima sepanjang 1 kilometer itu? Yang punya blog ini punya tips.
  1. Nasionalisme
    Boleh percaya boleh tidak, berkomunikasi dengan bahasa Jawa dengan penjual akan lebih mempermudah kita mendapatkan harga yang miring. Pengalaman saya dengan seorang penjual muda (udah muda, cantik, murah senyum lagi, pokoke bening dah!), harga yang dia pertahankan akhirnya 'luntur' setelah saya mengucapkan kalimat sakti
"gak bisa kurang mba?"
"itu sudah pas mas, monggo kalau mau dikurangin dikit harganya"
"tetep mba saya tawar segitu"
"wah gak bisa mas, tambahin 2 ribu aja"
"wah mba e iki, jape methe koq!"
"oh jape methe to? Yo wis monggo"
(jape methe dalam bahasa walikan Jogja berarti cahe dhewe atau temen sendiri sesam orang Jogja. Jangan gunakan cara ini bila pedagang terlihat sudah berumur agar tidak mengurangi rasa sopan kepada orang tua)

Ini bukan iklan sebuah majalah komputer.

Jogja sebagai kota pelajar tentu tak bisa dipisahkan begitu saja dengan buku. Minat baca masyarakat, pelajar dan mahasiswa yang kurang bisa saja disebabkan karena harga buku yang 'menggila'. Kini di Jogja ada beberapa alternatif tempat hunting buku.

Toga Mas

Toko buku yang terletak di sebelah selatan perempatan Condong Catur Ring Road Utara ini mempunyai kelebihan di segi harga yang miring. Diskon yang diberikan pun tidak pada saat momen tertentu, melainkan setiap hari.

Anda bisa mendapatkan majalah, tabloid atau buku dengan potongan harga mulai dari 10% hingga mencapai 25%. Tak sampai di situ, Toga Mas memberikan layanan sampul plastik gratis untuk tiap buku yang dibeli (tidak berlaku untuk buku pelajaran, majalah dan sejenisnya). Setelah membayar buku yang dibeli silakan mendatangi ke counter penyampulan.

Sebagai contoh majalah CHIP edisi ekonomis plus CD seharga Rp.20,800 bisa saya bawa pulang dengan membayar sejumlah Rp.16,000-an atau diskon 20%. Contoh lain buku Harry Potter tahun ke-7 edisi soft cover seharga Rp.150,000 saya tukar dengan uang Rp.135,000.

Dibandingkan harga di Toko Buku Gramedia misalnya, selisih harga tersebut sangat menguntungkan pembeli terutama bagi pembeli yang umumnya mahasiswa. Maklum saja segmen pasar Gramedia dan Toga Mas tentu saja berbeda.

Di sepanjang Jl. Gejayan memang terdapat beberapa toko buku yang mempunyai konsep dagang yang sama dengan memberikan diskon di setiap bukunya, namun Toga Mas punya kelebihan lahan parkirnya yang saya kira cukup menampung 100-an motor.

Shopping Center

Tempat yang satu ini gudangnya buku bekas. Bila bermaksud mencari majalah atau buku bekas tentang berbagai disiplin ilmu ada di sini. Bila beruntung Anda bahkan bisa mendapatkan buku kuno atau buku impor.

Lokasinya terletak di belakang Taman Pintar. Di sini juga tempat tujuan para pelajar yang mencari bahan untuk tugas kliping. Mahasiswa tingkat akhir tak jarang dijumpai di sini untuk mencari referensi tugas skripsi.

Di tempat ini saya mendapatkan majalah Chip Foto-Video edisi Agustus 2006 yang masih terbungkus plastic rapi lengkap dengan bonus CD seharga Rp.15,000. Harga baru majalah tersebut adalah Rp.29,800, sedangkan penjual memberikan harga awal majalah lama tersebut Rp.25,000.

Nah, kalau sudah begini mau jadi pinter masih ada alternatif pilihan untuk belanja buku, tabloid atau majalah.

(end)

Berhubung bensin mood sudah full tank, so ceritanya yang lalu dilanjutin…
Belum sampai ujung ruangan langkahnya terhenti.
Ada pergerakan dari ujung ruangan.
Ah, syukurlah tidak ada kejadian apa-apa.
Sial, kupikir terjadi sesuatu dengan mereka..
Dengan langkah santai 2 orang tadi berjalan kembali ke barisan. Acara uji nyali kami akhiri setelah peserta ketiga menyelesaikan uji nyalinya.
Kami kembali ke lantai 2 melewati sebuah tangga putar yang mas Jalangkung sebut dengan ‘tangga Titanic’ karena tangga tersebut mirip dengan sebuah adegan di film Titanic. Ah, masa sih? Tanyaku dalam hati.
Kami tiba di sebuah lorong. Mataku menyisir ruangan demi ruangan yang kulewati. Mas Jalangkung menunjuk sebuah gedung di seberang yang menurutnya mempunyai kekuatan mistis yang tinggi.
“Nanti kita ke sana nggak mas?” Tanya salah seorang peserta
“Oh, engga” jawabnya singkat
“Kita tadi udah jalan lama mungkin ada yang capek trus konsentrasi berkurang. Takutnya nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan. Ada yang digodaian atau takutnya malah kemasukan” ujarnya memberikan penjelasan yang logis.
Hampir satu jam rasanya mengelilingi gedung ini. Ada satu tempat yang tidak saya kunjungi saat itu. Ruang bawah tanah!
Mas Jalangkung menjelaskan, tempat yang paling angker adalah ruangan bawah tanah. Dulu di ruangan itulah para tahanan berada dan di situ pula pembantaian terjadi.
Untuk mencapai ruangan bawah tanah rombongan perlu mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 5.000. Nantinya pengunjung akan telanjang kaki karena ruangan bawah tanah menjadi tempat resapan air sehingga setelah hujan ruangan akan tergenang air. Pemandunya pun akan berganti, karena menurut mas Jalangkung perlu pemandu yang punya ‘kemampuan’ lebih bila berada di ruang bawah tanah itu.
Angker memang, di sana pulalah lokasi uji nyali di tayangan Dunia Lain yang sempat memunculkan sosok perempuan berbaju putih dan berambut panjang yang biasa disebut dengan Kuntilanak.
gambar diambil dari YouTube.com
Akhirnya selesai sudah kuberwisata horor. Timer hape yang sedari tadi sengaja ku aktifkan menunjukkan di angka 1 jam 6 menit! Lumayan pegel juga berkeliling selama 1 jam.
Ah, perasaaan tak ada yang spesial di gedung ini. Entah karena hanya sugesti, rumor atau karena tak ada penampakan?
Masih tanggung, kusempatkan untuk nongkrong di salah satu sudut kota tak jauh dari simpang lima sambil menikmati mie goreng telur dan wedhang jahe hangat.
Lelah menghampiri, kuputuskan untuk mengakhiri malam panjang ini.
Di sepanjang perjalanan pengalaman di Lawang Sewu masih terbayang-bayang. Mata ini masih saja menyisir tiap sudut jalanan kota Semarang.
Memasuki sebuah jembatan, dari kejauhan kulihat segerombolan cewek-cewek cantik berbalut baju seksi.
‘Suit..suit..cewek-cewek seksi cari mangsa’ pikirku.
Sial, setelah kendaraan melintas di dekat gerombolan itu baru kusadari mereka ternyata BANCI !!!!! Kurang ajar!!!, cantiknya melebihi seorang perempuan.
Ah, sudahlah daripada ngebahas makhluk banci, mending baca yang satu ini.
Tips mengunjungi Lawang Sewu.
1. Kalau berkenan, kunjungi saat malam hari. Malam hari-nya manusia adalah siang hari-nya mereka. Kunjungan di siang hari sepertinya kurang seru. Usahakan jangan mengunjungi saat peak season, malem Jum’at (terutama malem Jum’at Kliwon), atau malam liburan karena akan memungkinkan banyak orang dalam tiap grup yang akan mengurangi kenyamanan berwisata horor. Yang ini asli pesen dari mas Jalangkung!
2. Konsentrasi, siapkan nyali, jangan ngalamun! Dilarang masuk ke Lawang Sewu saat perut kosong, karena dijamin tak ada yang jual makanan di dalam. Kalau Anda melihat ada yang jualan di dalam gedung berarti…….
3. Bawa senter, penerangan lampu layar hape gak mumpuni. Jangan bawa petromak, lampu emergency atau yang sejenisnya karena akan mengurangi suasana horornya.
4. Hitung jumlah rombongan, kalau-kalau ada yang nambah jumlah pesertanya. Hindari menggunakan sistem hitungan berantai. Bila peserta berjumlah 5 orang misalnya, waspada bila ada yang menyebut hitungan ke-6!!. Nah loh!!!
5. Jangan bawa balita. Yang ini serius, penglihatan balita terhadap dunia lain masih sensitif.
6. Bila berminat berfoto ria di dalam gedung, tidak dianjurkan pake kamera hape takutnya ada missed call dari ‘alam gaib’. He..gak ding..
Pake kamera hape hasilnya gak maksimal meskipun kamera dilengkapi dengan flash. Gunakan kamera saku digital yang secara fasilitas lebih baik dari kamera hape. Bila memungkinkan gunakan kamera DSLR, siapa tahu Anda beruntung menangkap penampakan tuyul, kuntilanak, pocong atau makhluk yang lain. Tapi yang jelas bukan Poo-cong yang satu ini!
7. Boleh bawa permen untuk olah raga mulut. Tapi jangan sekali-kali membawa permen setan bermerk KEMENYAN.
Selamat berwisata horor!!
(end)
Gambarkan Lawang Sewu dalam 3 kata!
Hantu, angker dan mistis.
Itulah yang terlintas pertama kali saat berada di halaman gedung yang konon katanya menjadi gudangnya lelembut.
3rd May, 10pm
Hujan sejak 1 jam yang lalu berangsur mulai reda membawaku ingin menikmati malam panjang mengelilingi kota Semarang. Maksud semula hanya ingin ke ATM untuk menarik uang berubah saat saudara mengajakku melihat dari luar wajah gedung tua itu.
Salah satu sudut Lawang Sewu
Tawaran untuk mengikuti wisata malam di gedung bekas penjajah itu sempat kutolak. Namun karena penasaran ajakan itu akhirnya kuiyakan. Dengan selembar uang lima ribuan kudapat memasuki gedung tua itu ditemani seorang pemandu yang belakangan mengaku punya nama panggilan Jalangkung!
Bersama rombongan anak muda dari Purworejo sebanyak 13 orang kami memulai uji nyali ini. Total grup kami berjumlah 16 termasuk pemandunya.
"Mas, itung dulu ntar ada yang nambah" gurauku.
Diawali doa bersama kami menaiki anak tangga yang cukup lebar yang pernah menjadi lokasi syuting film layar lebar Ayat Ayat Cinta.
Memandang ke atas dari anak tangga pertama mengingatkanku pada acara Dunia Lain yang sempat memunculkan sosok lelembut di tempat yang sama.
Ruangan demi ruangan kami masuki disertai dengan penjelasan mas Jalangkung.
‘Ah, sial sedari tadi aku berada di barisan paling belakang’ batinku.
Sengaja mata ini menyapu kondisi ruangan sekitar yang gelap gulita. Sayang kamera digital tertinggal di rumah, jika tidak mungkin saya akan beruntung menangkap objek ‘halus’ dalam lensa.
Sinar lampu dari layar hape hanya mampu menerangi tak lebih dari radius 1 meter. Di beberapa ruangan tampak tumpukan sampah yang tak diperhatikan. Untungnya, saya mengunjungi lokasi tersebut saat malam hari. Bila tidak, kenyaman akan sangat terganggu dengan sampah-sampah yang menghiasi di beberapa ruangan.
Tak terasa kami berada di lantai paling atas. Di balkon antara tower penyimpanan air berada, saya dapat melihat pemandangan salah satu sudut kota Tugu Muda Semarang.
Masih di lantai 3, mas Jalangkung memperlihatkan salah satu bagian rangka baja yang -katanya- sobek terkena peluru meriam pada jaman perang dahulu. Sambil menunggu para ABG yang sedang foto berlatar belakang kota Semarang, saya sempatkan ngobrol sejenak dengan mas Jalangkung.
"Pengunjung yang ke sini ada yang kesurupan gak mas?" tanyaku
"Wah, banyak mas. Tiap bulan itu pasti ada 1 orang mas yang kesurupan" jawabnya.
"Wah ini ni...!" seruku
"Tapi tenang mas asal konsentrasi, pikiran gak ke mana-mana sih masih aman" lanjutnya mencoba menenangkanku.
Ada gak mas tempat tertentu yang aroma mistisnya tinggi?” tanyaku
“Oh, ada mas. Nanti kita ke sana. Kalau mau nanti mas bisa uji nyali” jelasnya dengan gaya bicara yang kalem.
Setelah melanjutkan perjalanan, kami pun tiba di ruangan yang dimaksud.
“Di sini tempat yang saya maksud tadi” kata mas jalangkung.
“Silakan kalau mau mencoba uji nyali ada di ujung ruangan itu” ujarnya sambil menunjuk ke tempat yang dimaksud.
“Jalan sampai ujung 2 orang, nanti akan merasakan suasana yang berbeda di sana. Jangan lama-lama langsung kembali lagi” lanjut mas Jalangkung.
Sesaat 2 orang dalam rombongan ABG tadi berjalan menuju ujung ruangan.
“Santai aja ya mas, ingat Tuhan” pesan mas Jalangkung kepada 2 orang ABG itu.
Sambil menunggu peserta tadi sampai di ujung ruangan, mas Jalangkung coba membuka obrolan dengan beberapa ABG yang lainnya.
Keheningan menyelimuti ruangan itu. Sepertinya mereka sudah sampai di ujung ruangan.
Satu menit, dua menit berlalu tanpa ada suara. Mas Jalangkung memanggil kedua ‘peserta’ tadi berkali-kali.
“Mas, kalau sudah kembali mas!!” ujar mas Jalangkung
“Mas, kalau sudah kembali. Ingat tuhan mas…ingat Tuhan!” lanjutnya
Karena lama tak terlihat ada pergerakan di ujung sana, mas Jalangkung berinisiatif menghampiri kedua orang tadi ke ujung ruangan.
Sesuatu telah terjadi!, pikirku.
13
(maaf ceritanya dipotong yang punya blog lagi kehabisan bensin mood :D :P)
Kapan ke Jogja lagi?
Jogja sudah berubah lho
Merapi sekarang lebih kalem,
Kalau ketemu pasti kesengsem

Kapan ke Jogja lagi?
Sudah banyak yang berubah lho.
Mbaknya makin manis, Jogja juga tambah mbois.
Bakalan kaget deh, kalo ntar ketemu.

Begitulah kalimat yang saya ambil dari sebuah banner yang saya lihat di situs resmi Dagadu.
Jogja memang berubah, setidaknya sedikit perubahan. Bila Anda tak berkunjung ke Jogja dalam setahun ini pasti akan pangling. Dalam hal transportasi, Jogja punya perubahan.
Trans Jogja, begitu sebutan untuk moda transportasi baru yang mengadopsi sistem seperti busway. Bedanya dengan busway Jakarta, Trans Jogja tidak menggunakan jalur khusus serta tanpa bus feeder.
Terdapat beberapa jalur yang tersedia, bila ingin pindah jalur tak perlu mengeluarkan ongkos single trip sebesar Rp.3.000 lagi karena Anda tinggal transit ke jalur lain dengan memberikan informasi tujuan akhir kepada pramugari/pramugara yang sedang bertugas. Untuk dapat menggunakan sarana bus berwarna kuning hijau itu, terdapat pilihan pembayaran, yaitu tiket single trip, reguler umum dan reguler pelajar. Untuk informasi tiket lihat di sini.



Sayang, pengalaman pertama saya kurang berkesan. Saat saya akan membayar dengan uang dua puluh ribuan, petugas menolak pembayaran saya dengan dalih tak ada uang kembalian. Memang, di pintu masuk halte terpampang pengumuman 'Rp. 3.000 Harap bayar dengan uang pas'.

Namun, karena benar-benar tak ada uang ribuan maka saya putuskan untuk 'memecah' uang tersebut dengan membelanjakannya. Setelah menyerahkan 3 lembar uang ribuan kepada petugas tiket, saya sempatkan untuk mengintip tempat di mana petugas tadi menyimpan uang. Ternyata, saya ketahui di dalam kotak uang terdapat tumpukan uang lima ribuan dan uang ribuan! Ah, dasar! Kenapa tadi bilang gak ada kembalian?! Sudahlah takmau ambil pusing!
Pada awalnya sarana ini banyak peminatnya. Namun kini tak sedikit bus yang sepi penumpang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena di beberapa jalur jarak antara halte terlalu jauh sehingga menyulitkan calon penumpang untuk sampai ke tempat tujuan dengan mudah. Naik becak atau bus umum menjadi pilihan utama bila tempat tujuan jauh dari halte Trans Jogja. Banyaknya pengguna sepeda motor juga mendukung sepinya sepinya penumpang.
Informasi yang saya dapatkan dari supir taksi saat berangkat ke bandara Adisucipto, bus dengan warna body kuning hijau ini pernah mengalami kerugian Rp.5 juta per hari! Wah, kalau begini terus lama-lama gulung tikar.
Terlepas dari persoalan tersebut, monggo ngicipi busway-nya Jogja bila mampir ke Jogja.
Gak tau info rutenya? Silakan lihat mekanismenya di sini
atau lihat peta rute di sini.
foto-foto diambil dari sini
(end)

Jogja..Jogja..!!!

Sebuah kalimat iklan dari sebuah produk rokok yang kuucapkan. Tapi yang ini saya benar-benar sampai Jogja gak pakai nyasar seperti tiga karyawan yang dapat bonus liburan tapi nyasar ke Bali.

Kerinduan akan suasana kota tercinta sesaat hilang saat tiba di kota ini. Keponakan, Malioboro dan beberapa hal/tempat yang ingin kukunjungi.

From Jogja with Love. Datang ke kampung halaman untuk mengejar cinta dan pulang membawa cinta yang tersisa.

Tak terasa waktu liburan hampir usai, sebentar lagi ku kan kembali ke kota Tepian meninggalkan sebuah kenangan untuk menjalankan aktifitasku, menyelesaikan tanggung jawab dan beberapa tugas yang tertunda. Ah, seperti menyambut hari Senin yang berat.

Ayo, kamu bisa!! Pulang dari Jogja tak bertangan hampa. Pengalaman dan inspirasi selama di Jogja yang mengajariku untuk tetap semangat.

Mau ke Jogja?

Lihat peta Jogja secara online di sini atau unduh peta digital-nya dari sini.







Get Music Tracks! Create A Playlist!

(end)

Emptiness…..

That’s what I feel ‘till today

I should be happy, arrived in lovely town

But I doubt it..

Aku malu..

Lihat sekitarku

Bukan karena kelakuan mereka

Tapi mengingat sikapku yang tutup mata

Kuteringat mind journey dari Andrie Wongso beberapa waktu yang lalu

Sebuah Lemparan Batu, begitu beliau memberikan judul

Di tengah kesibukan beraktivitas,

luangkan waktu sejenak untuk melihat pemandangan di sekitar

I did it..

There are so many beautiful views out there

Happiness is what I feel every time I see them

I realized that my life is better then they are

Oh thanks god, You have opened my eyes

Ojo dumeh..

Kata yang masih terngiang di benakku

Seolah mengingatkanku akan kebesaran-Nya

Dan begitu lemahnya seorang aprie

Ah, baru kusadari ku terlalu sering melihat ke atas

Hingga membuatku tak pernah puas

Biarlah aku saja yang tahu

Saat kulihat tiap sudut kota yang menginspirasiku

Biarlah ku bawa rasa ini

Saat kutiba kembali di bumi Etam nanti

Ojo rumongso biso, nanging biso ngrumangsani

Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home