Jape Methe

Apurie's Blog
Showing posts with label buku. Show all posts
Showing posts with label buku. Show all posts

Melihat sekilas buku ini Anda tidak akan menyadari kalo sebenarnya buku ini adalah buku nyleneh. Sekilas gambar sampulnya adalah gambar poster film Ayat-Ayat Cinta yang pernah sukses beberapa waktu silam. Namun bila diperhatikan lagi Anda akan dibuatnya tertawa. Lihat saja, bukan cadar hitam yang dikenakan melainkan masker untuk naek motor! Dari judulnya pun sudah ketauan kalo buku ini buku plesetan berjudul Ayat Amat Cinta.

Apakah buku ini akan mengundang tawa? Mmm..sebaiknya Anda coba sendiri deh. Sebelum membaca keseluruhan buku ini, sebaiknya baca dulu sinopsis yang ada di bagian belakang buku ini, yah…paling tidak Anda akan tersenyum sendiri.

Saya tidak akan mengupas masalah isi buku yang di tulis keroyokan ini, namun ada hal lain yang akan saya sentil. Melihat harga resmi buku ini harganya sekitar Rp. 36.000, namun sampai Gramedia - Samarinda harga membengkak menjadi Rp. 45.000. Sebuah harga yang tidak murah untuk sebuah buku dengan kertas buram.

Title : Ayat Amat Cinta (Sebuah Komedi Cinta Pembangun Tawa)

Author : Boim Lebon, Asma Nadia, Fahri Asiza, dkk

Publisher : Lingkar Pena

Ada perasaan tak enak dalam diri saya. Saya bisa membaca gelagat aneh dari kejadian barusan. Hati saya berbisik agar saya ikut melompat turun dan melihat apakah dugaan saya benar. Ada dorongan untuk menolong wanita itu. Lusanya, ketika membuka Koran Pos Kota, mata saya tertuju pada satu berita di halaman depan tentang seorang wanita muda yang mati terbunuh. Perasaan menyesal luar biasa mengguncang hati nurani saya. Ah, seandainya malam itu saya turun, mungkin wanita tersebut tak harus ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.”

Begitulah sebuah kutipan tulisan berjudul Mata Hati yang saya ambil dari buku Andy’s Corner karya Andy F. Noya. Ini adalah buku kedua tentang acara talk show di Metro TV, Kick Andy, setelah buku pertamanya berjudul Kick Andy, Menonton dengan Hati. Bila buku pertama tersebut berbicara mengenai acara di Metro TV tersebut, kali ini Andy’s Corner berbicara dari sisi sang pembawa acara yang terkenal dengan gayanya yang menggelitik dan tanpa basa-basi dalam mengupas informasi dari narasumber. Berbagai pengalaman pribadi Andy F. Noya tertuang di buku ini, salah satunya adalah kutipan di atas tadi.

Setelah Ganti Hati (Dahlan Iskan) dan 168 Jam Dalam Sandera (Meutya Hafid), buku ini layak untuk dijadikan sumber inspirasi pribadi.

“Semua pengalaman hidup itu membuat saya marah jika kepada pedagang kecil, istri saya mencoba melakukan tawar-menawar hingga titik darah penghabisan. Tadinya dia bangga sebagai istri berhasil menghemat sejumlah uang belanja. Tapi, sekarang, tawar-menawar hanya untuk kepuasan. Setelah “menang”. Uang kembalian diberikan kepada si pedagang.” (Andy’s Corner page. 140)

Saat mataku menyapu satu rak berlabel 'buku baru' di Gramedia, mataku terhenti di sebuah buku. 168 Jam dalam Sandera karya Meuty Hafid, seorang jurnalis yang mencoba memahami hidup setelah drama penyanderaan di Irak setidaknya selama 168 jam.

Kredibilitas dan endurance seorang Meutya Hafid terbukti saat meliput bencana tsunami Aceh akhir 2004 silam dan pulang membawa sebuah berita eksklusif, termasuk menjadi satu-satunya wartawan yang masuk ke daerah terisolasi. Hal itulah yang membawa Meutya dan Budi - kamerawan Metro TV - ditugaskan ke daerah konflik di Irak.


Ketegangan terasa saat drama penculikan yang bermula di sebuah POM bensin. Pun saat bermalam di gua yang serba terbatas di mana berinteraksi langsung dengan kaum Mujahiddin, sang penculik.


***

Suara tembakan memecah kesunyian. Ya Tuhan, mereka benar-benar melakukannya?

Kesunyian yang sejenak pecah lagi oleh beberapa letusan.

Butir-butir keringat dingin membasahi tubuhku yang kian menggigil. Selamat jalan, Budi, selamat jalan Ibrahim. Aku akan segera menyusulmu, mungkin dengan cara yang lebih menyiksa. Mama, maafkan aku.

Cara kematian inikah yang akan kujalani? Aku pasrah. Seperti apa pun bentuknya, aku ingin mati dengan tersenyum. Ampuni dosa-dosaku, ya Allah.

Derap langkah kaki menghampiri mulut gua. Seperti langkah tergesa. Inikah ajalku? Si sontoloyo muncul. Wajahnya tidak segarang ketika menggelandang Budi dan Ibrahim keluar. Tangan si sontoloyo memberikan isyarat agar aku keluar. Bayangan kematian semakin nyata, menyeret ingatanku pada hari terberat yang pernah kualami.

(hal.58 – 60)

***

Di tengah cerita rasa haru menyeruak saat ku tiba di halaman yang memuat foto snaphot situasi di studio Metro TV sesaat setelah penayangan video penyanderaan.

Sungguh sebuah cerita yang mengharukan bahkan saat pembebasan telah dilakukan. Kalaupun saya adalah seorang cewek – yang katanya lebih peka - mungkin sudah menangis meneteskan air mata.

Setidaknya buku ini mengingatkan kita arti kepasrahan saat hanya kepada-Nyalah harapan tertuju. Menyadarkan kita lemahnya seorang manusia tanpa campur tangan-Nya, bahwa hidup lebih berarti daripada berita yang paling eksklusif sekalipun.

“Beda antara hidup dan mati sangat tipis. Siapa yang bisa memilih, selain Allah SWT?” ungkapnya di website pribadinya.


Tentang Meutya Hafid klik di sini.

Sepuluh pencetan tombol start tidak akan terasa bagimu. Namun, semuanya akan berbeda ketika sepuluh pencetan itu terus diulang tiada henti. Apalagi, jika di setiap pencetan itu harus membuka dulu selembar demi selembar dari sebuah buku setebal bantal. Percayalah, pencetan itu akan terasa berat dan melelahkan. Membunuhmu pelan-pelan seperti penyakit akut yang menahun. Sampai di pencetan keseribu, kau baru sadar kalau sudah mati kelelahan. Jadi, jangan pernah anggap enteng pekerjaan ini.

Sebuah sinopsis novel remaja karya Ihwan Hariyanto yang membuat ku tertarik untuk menukarkan rupiahku dengan sebuah novel.

XEROGRAFER: Curhat Colongan Tukang Fotokopi, begitulah judul lengkapnya.

Dari sinopsis yang disuguhkan gw mengharapkan akan sebuah pengalaman yang dapat diambil pelajarannya dari seorang B-U-D-I. Bukan Budi Setyawan maupun Budi Santoso atau Budi – Budi yang lainnya. Budi saja.

Tapi dasar gw yang gak pernah baca novel ternyata ekspektasiku berlebihan, maklumah sebelum beli buku ini gw baca buku GANTI HATI, Sebuah Pengalaman Pribadi-nya Dahlan Iskan seorang CEO Jawa Pos Group yang sukses melewati masa-masa krisis saat proses ganti hati (Liver). Tapi toh, masih saja ada kesan dari seorang Budi.

Ihwan Hariyanto yang di dunia nyata seorang Xerografer ternyata mampu memainkan emosi pembaca. Dari awal cerita disuguhkan cerita yang membuat gw senyum-senyum sendiri (dan ternyata baru kusadari ada orang yang mempehatikanku senyum-senyum sendiri…hiiiii jadi pengen malu), di tengah cerita gw di bawa ke suasana kerja di perpustakaan kampus Universitas Brawijaya dan di bagian ending…..hiks hiks..so touching…..Freya oh Freya…..

Overall, nayamul*lah buat ngisi liburan akhir pekan….:D

Nayamul = lumayan

Previous PostOlder Posts Home