Bahasa sebagai alat komunikasi telah mengalami perkembangan dari generasi ke generasi mengikuti perubahan zaman seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi sebagai pembawa perubahan itu sendiri.
Bahasa itu dinamis, mengikuti sifat manusia yang selalu senang akan sesuatu yang baru. Tidak jarang unsur-unsur suatu bahasa mengalami perubahan. Bahasa Indonesia sendiri sudah mengalami tiga kali perubahan dalam hal ejaannya.
Selain dinamis, sifat bahasa yaitu variatif dan arbitrer. Variatif karena bahasa itu milik manusia sehingga bahasa mengikuti apa yang diinginkan manusia, sedangkan arbitrer bermakna sewenang-wenang atau mana suka.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang bisa digunakan untuk mengungkapkan diri, berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Dalam hal ini bahasa digunakan sebagai fungsi sosial untuk berhubungan dengan sebuah kelompok atau komunitasnya. Maka tak heran bila dahulu kita pernah tahu ada bahasa gaul yang dikamuskan seperti istilah ember, sutralah, akika, begindang dan lainnya.
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak generasi babe gue yang mengenal istlah ogut, bokap, nyokap, cipkan, pembokat dan lainnya. Kemudian melompat ke generasi lainnya kita mengenal istilah lebay, unyu-unyu hingga kemseupay.
Pada zaman serba digital ini kita akan semakin akrab dengan pemerkosaan kata dan bahasa di generasi selanjutnya. Sah saja karena ini dunia mereka, asalkan mereka dapat membawa diri dengan menyadari bahwa bahasa-bahasa seperti itu hanya berlaku di ‘kawasan’ tertentu.
Hal yang terpenting adalah mereka jangan sampai melupakan bahasa bangsa sendiri, bahasa Indonesia. Bahasa resmi nasional, bukan bahasa unyu-unyu. Cungguh..ciyus! Miapah?
suka dengan istilah "Pemerkosaan Kata" Sungguh menikam bila mengerti arti dalam bahasa :o
ReplyDelete*give a plaush*xD
macaciii..ciyus? #eh
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletehaha, gimana pula dengan bahasa Alay..
ReplyDeletesalah satu cabang ilmu bahasa gaul. hehehe...
Deletetapi pemerkosaan kata itu sekarang banyak terjadi di lembaga-lembaga resmi, bahkan di instansi pemerintahan,,,apakah hasil pemerkosaan ternyata telah melahirkan generasi bahasa baru, sehinga tidak melihat pada tempatnya mereka berada :)
ReplyDeletenah ini yang bikin prihatin. Sebagai lembaga resmi justru bisa memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kepedulian terhadap bahasa sendiri memang mulai berkurang...
Deletesepertinya perubahan bahasa Indonesia lebih cepat daripada bahasa Inggris ya. Sekarang ini banyak istilah-istilah baru yang sering dipakai dalam keseharian ...
ReplyDeleteefek 4L4y ni..
DeleteSeperti halnya kini orang2 tak ber-semangat lagi... Namun mereka ber-cemungudh... :D
ReplyDeleteSyukurlah di sekolah masih ada pelajaran Bahasa Indonesia, jadi masih ada wadah untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
semoga gurunya juga tetap semangat, bukan cemungguddh eeaaaa..
Deletemaacih buat postingn menarik ini...
ReplyDeletesemoga bermanfaat..
Deletebahasa indonesia dari awal emang beragam... termasuk bahasa baru yang memang sengaja di publikasikan
ReplyDeleteasal tidak merusak tatanan bahasa yg sudah ada...
Deleteteyus...bijimana..om... panyu pucing..nih... he.he.he.. hire..dab..nyasaye..suwe..panyu..poya dolan rene..je..
ReplyDeletenah iki malah boso walikan...
DeleteBahasa boleh bermetamorfosis, asal bahasa yang lama masih ada penuturnya. Contoh, NatGeo Indonesia sering menggunakan bahasa-bahasa sastra lama untuk melestarikannya.
ReplyDeleteyang penting bahasa yang benar masih terjaga...
Delete'Miapah' apaan gitu?
ReplyDeleteAda temen komen pakai kata yg aku ga paham *gakgaul-ngetuiuit*
Saking engga konsistennya bahasa pergaulan Indonesia, ga heran mungkin bahasa ini gak bisa jadi bahasa Internasional~ *padahal ngarepin :))
salam kenal, mas~
Miapah itu 'demi apa'
Deletekalo ngarep bahasa Indonesia jadi bahasa Internasional kayanya masih jauh dari harapan. Soalnya sebagian dari kita kurang menyadari tentang peran bahasa Indonesia, kurang bangga berbahasa Indonesia..