Gara-gara Bom Bali

“Sudah lama Pak jadi supir taksi?”
''Lumayan lah, dari tahun 2000-an”
”Berarti mengalami efek Bom Bali ya?”
”Iya”
”Seperti apa Pak?”
”Ya..Bali sepi”
”Hotel-hotel banyak yang tutup, karyawan dirumahkan bahkan ada  hotel yang baru dibuka ikut tutup juga”
”Efeknya ke semua sektor ya Pak?”
”Yang terkena imbas langsung memang pariwisata Bali, kemudian berimbas yang lainnya”
”Bahkan zaman itu, keluarga saya di kampung juga kena imbasnya”
”Oh, iya kah? Kenapa bisa begitu?'”
”Bapak saya petani di kebun pisang, pisangnya tidak laku karena permintaan dari kota sedikit”
”Oh, jadi karena tidak ada turis, hotel banyak yang tutup terus permintaan buah menurun juga ya Pak?”
”Ya kurang lebih seperti itu..”

Itulah sepenggal obrolan saya dengan salah seorang pengemudi taksi di Bali. Berita Bom Bali memang menjadi isu internasional kala itu karena Bali yang menjadi salah satu tujuan wisata dunia bagi wisatawan mancanegara.

Efek peristiwa itu pun tak main-main, keamanan Indonesia diragukan dengan keluarnya travel warning dari sejumlah negara yang berimbas ke dunia pariwisata di Bali.

Bisa disimpulkan dari obrolan di atas, efeknya tak hanya di pusat kota, namun sudah menjalar ke seluruh lapisan masyarakat Bali.
Tak bisa dibayangkan bagaimana mereka berjuang untuk bangkit dari keterpurukan psikologi dan ekonomi.

”Kalau Bom Bali II waktu itu pak?'”
”Kalau itu kita tidak terlalu berpengaruh banyak”
”Karena sudah pernah Bom Bali I jadi orang Bali sudah pengalaman”
”Memang ada pengaruhnya tapi tidak separah yang pertama, jadi bangkitnya pun tidak lama”