Sebuah kisah mind journey oleh Andrie Wongso yang telah menghuni ruang MP3 player hapeku berjudul Lemparan Batu. Kisah itu menceritakan seorang pengusaha muda nan sukses yang sedang menelusuri jalanan ibu
Sama halnya dengan lajunya kendaraan, hidup kita seolah dipacu untuk terus melaju melewati berbagai tikungan dan tanjakkan. Kesibukan berpacu sering membuat kita terlupa untuk berhenti sejenak menikmati pemandangan indah di sekitar kita yang banyak terlewatkan.
Saat kita lupa mungkin dibutuhkan seorang pelempar batu untuk mengingatkan kita agar tidak melaju terlalu kencang. Batu itu bisa berupa teguran, bisikan peringatan atau kasih sayang.
Lajunya torehan kemenangan MU di beberapa laga terakhir - termasuk kemenangan fantastis atas Arsenal - sudah saatnya terhenti oleh batu sandungan bernama
Melihat pertandingan perempat final antara Setan Merah versus Pompey semalam menghadirkan ketegangan tersendiri. Bagaimana tidak, banyak peluang yang sudah di depan mata tak kunjung berbuah gol. Determinasi kedua tim mengingatkanku pada pertandingan final Liga Champion saat MU sukses menjebol gawang Bayern Munchen dua kali di menit akhir injury time. Dengan determinasi dan counter attack yang tinggi dan beberapa peluang sepetinya hanya tinggal menunggu waktu bagi MU untuk menjebol gawang. Tapi hal itu keburu sirna saat durian runtuh menimpa The Pompey saat aksi counter attack Milan Barros dijatuhkan oleh Thomas Kruzack. Penalti plus kartu merah memang pantas diberikan, singkat cerita MU harus menyerah pada dewi fortuna yang malam itu memang berpihak kepada tim tamu.
Di bawah bayang-bayang kemenangan fantastis atas Arsenal beberapa waktu lalu, wajar jika MU lebih diunggulkan. Tapi itulah permainan, pepatah lama mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat ada saatnya terjatuh. Secara peringkat, Phortsmouth jauh di bawah Arsenal yang saat ini memuncaki kelasemen sementara Liga Inggris. Mungkin hal inilah yang jadi boomerang bagi MU yang jumawa menatap partai final di stadion Wembley. Menjelang peluit panjang, ekspresi Fergie terekam kamera dengan wajahnya yang memerah menahan kecewa sekaligus emosi (mungkin plus malu). Bisa dipastikan kebiasaan hairdryer treatment (aksi marah plus memaki pemain oleh Fergie hingga seolah-olah para pemain sedang di-hairdryer) di ruang ganti akan menimpa para pemainnya.
Bila Fergie mau bersikap bijak, tentu batu sandungan ini dijadikan evaluasi dan motivasi untuk mempertahankan kemungkinan meraih double winner Piala EPL dan Piala LIga Champion.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita ngeh dengan sebuah lemparan batu di sekitar kita?.
Rio Ferdinand terpaksa jadi kiper MU.
Dia berusaha menahan bola tendangan penalti Sulley Muntari (nomor 11).(image from Kompas.co.id)
iya gw jg ntn pas pergantian kiper.. micua mpe hueraannn n ketawa sepuwasnya.. baru kali ini ya..
ReplyDeletegak juga ko tante, seingat saya dulu udah pernah pemin jadi kiper cuma lupa tim mana. Biasanya karna udah ga ada stock kiper ato karna batas pergantian pemain udah 3 kaya kemaren...
ReplyDeleteBukannya si setan ga lagi ksetanan, tapi ya pompey alotnya bukan main. Sampai-sampai setan sekelas Ronaldo tak mampu.
ReplyDeletemenurut pembenaran si CR7, dengan determinasi dan tekel2 keras dia takut bernasib seperti Eduardo (Arsenal.
ReplyDeleteAq komentari dari Judulnya aja...! mungkin ni ya siSetan merahnya itu sudah diusir ama pak Kyai di kampung aku..... He900x
ReplyDeleteSekuel banget dengan judul postingan gwe
ReplyDeletehttp://setan-merah.blogspot.com/2007/04/setan-pun-bisa-kesetanan.html
ya.... menurut gwe sich setan itu lg sungip alias pusing... he900x..
ReplyDelete