“Prie, lagi sibuk?” tanya seorang rekan yang tiba-tiba muncul.
“Engga, kenapa?” jawabku.
“Bisa jalanin mesin bender?” tanya dia.
“Ahli sih engga, tapi gak buta-buta amat” jawabku dengan sedikit bermaksud gengsi.
“Tolongin bending-kan ini!” pintanya sembari menyodorkan sebatang pipa besi.
“Wah, gak bisa tuh!” jawabku menolak.
“Ye..tadi lo bilang bisa. Lo
“Wah sorry deh, bukan masalah bisa atau engga cuma gak berani. Itu
“Minta tolong sama operator-nya aja” sambungku sambil mengacungkan jari telunjuk ke orang yang di maksud.
“Oh gitu ya. Oke deh, ma kasih ya!!”
Kemampuan dan keinginan untuk menolong tentu saja ada, tetapi bukan berarti bisa melakukannya. Bukan masalah bisa atau tidak, melainkan mengenai kewenangan.
Dengan kemampuan (c.q keterampilan dan keahlian) yang dimiliki, terkadang kita melakukan suatu tindakan tanpa melihat batas kewenangan kita. Kita baru tersadar setelah ada ‘kejadian’.
Hal ini pulalah yang berlaku bagi Javier Mascherano pemain belakang
Sepertinya sah-sah saja dengan apa yang dilakukan Mascherano, tapi bila dicermati apa yang dilakukannya telah melampaui batas kewenangan sebagai seorang ‘pemain biasa’.
Peraturan FA memang membolehkan seorang pemain melakukan protest kepada wasit atas setiap keputusannya, dengan catatan, tidak berlebihan. Dan orang yang hanya boleh mendebat adalah pemain yang menjabat sebagai kapten.
Nah, apa yang dilakukannya telah melangkahi kewenangan Steven Gerrard yang saat itu bertindak sebagai kapten. Tak berlebihan jika sang pengadil mengeluarkan kartu kuning untuknya. Terlepas dari pengakuan Mascherano yang hanya bertanya (bukan memprotes), sepertinya tak berlebihan kalau kita bercermin terhadap diri sendiri.
Ojo rumongso biso, nanging biso ngrumangsani!
Sumber Inspirasi :
Andaikan Mascherano adalah Gerrard
Mascherano Hanya Bertanya
image taken from here
hwadugh.. ngeri amat ya kerjaannya motong2 pipa segala alias mutilasi pipa ^_^
ReplyDelete@nina:
ReplyDeletebukan 'penjagal' pipa mba, cuma membengkokkan yang sudah lurus. Itu juga dulu.he....
wah top bgt evaluasinya, pas bgt.
ReplyDeletebetewe,
kalo soal lurus meluruskan, itu jatahnya ibu-ibu. mereka ahlinya :D.
Betul....ojo rumongso biso, nanging biso ngrumangsani. Setidaknya biar ditangani ahlinya. Kan, jer basuki mawa bea. Enak aja minta tolong gratisan. He....jawanya kok faseh banget gitu. Emang asli mana om?
ReplyDeleteiya ya.., baru kepikiran kalo ternyata nolak permintaan tolong utk sesuatu yg bukan keahlian kita itu bener2 aja. abis kalo salama ini saya selalu ga enak nolaknya. jadi seringnya tetep nolong juga. walau kadang suka nemu manfaatnya, yaitu saya jadi tau atau jadi ngerti. misalnya dimintain tolong yg ada hubungannya dengan alat A. gara2 nolongin, eh saya jadi faham. karena sebelum dimintain tolong, saya menoleh ke alat itu aja engga pernah.
ReplyDeleteAndaikan gerrard adalah aku... Mimpi kali yehhhh
ReplyDeleteperbandingannya jgn ma bola mlulu dong om....
ReplyDeletesuka ilfil nih
Hal-hal seperti ini sering terjadi ya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagus Om artikelnya !
ReplyDelete@setan merah :
ReplyDeletethanks..ngalir begitu aja koq.betewe apanya yang diluruskan? he :D
@poo :
asli tiyang yogjo mas kesasar wonten Samarinda.he...
@TJ :
terkadang perlu learning by doing, gpp asal masih dalam kewenangan kita
@nengiien :
intinya kan mo bahas bola tante tapi dikasih ilustrasi dulu sesuai pengalaman pribadi, begono..
Tapi gak illfeel ngebuka blog kan.he....