Sebulan yang lalu saya berkesempatan liburan ke Jakarta selama 2 hari 3 malam. Melihat secara langsung geliat Jakarta yang sudah lama tidak saya jumpai sejak meninggalkan Jakarta beberapa tahun yang lalu. Macet, antri, bau knalpot busway adalah sebagian kecil ornamen kota Jakarta. Jakarta, tempat yang salah untuk berlibur.
Ada satu hal baru di Jakarta, dari kamar 685 hotel Sahid Jaya, Jakarta sesaat gelap di malam hari. Gelap gulita tanpa lampu. Reflek, saya melihat ke arah luar dan gedung-gedung lainnya gelap gulita. Tak lama, lampu kamar kembali menyala. Entah PLN nyala kembali ataukah listrik dari genset.
Belakangan ini Jakarta dilanda krisis listrik gara-gara gardu induk di Cawang tak beroperasi karena terbakar akhir September lalu. Krisis listrik! kondisi yang pernah melanda Samarinda. Di Samarinda, ‘penyakit’ ini mengakibatkan pemadaman bergilir hingga hampir tiap hari. Beberapa bulan berselang krisis listrik mulai berkurang sejak penyelenggaraan PON XVII Kalitm 2008 lalu. Bahkan selama penyelenggaraan PON, listrik di Samarinda tak pernah padam untuk mendukung pelaksanaan PON XVII Kaltim. (Ya iyalah, kan lagi ada tamu, bikin malu aja kalo sering mati lampu)
Penjual lilin, lampu minyak, lampu emergency, hingga genset bernilai ratusan ribu hingga belasan juta Rupiah habis diserbu warga sebagai alternatif untuk menyediakan penerangan rumah tangga. Akankah kita kembali ke jaman gelap-gulita?