Emang Dasar

Emang Dasar Kamu Baj***an

Industri musik saat ini banyak diramaikan oleh muka baru baik penyanyi solo ataupun duo/group band. Selera pasar saat ini sepertinya mengarah kepada lagu-lagu yang easy listening, tak banyak yang mengandalkan lirik puitis bak pujangga meskipun masih berkisah seputar urusan cinta. Lagu-lagu baru bersebut berciri liriknya yang centik, ringan dan mudah diingat. Sebut saja lagu Jadikan Aku yang Kedua dan Aku Bukan Boneka karya Novi Umar (Conan DX), atau Oke-T2, Bete dan Kiss Me karya Dewiq, Gubrak – Intan, Yolanda-Kangen, Ular Berbisa-Hello, Emang Dasar-Wali dan masih banyak lagi.

Untuk lagu yang saya sebut terakhir, saya menaruh sedikit perhatian. Dengarkan saja liriknya, terdengar mudah diingat dengan menyimak lagu tersebut 2 atau 3 kali. Namun bagi saya, ada sedikit kekhawatiran di lagu ini di bagian reffrain-nya karena mengandung kata Baj***an. Karena sifatnya yang easy listening apalagi terdapat di bagian refrain, saya khawatir akan mempengaruhi kepada adik-adik kita yang belum dianggap cukup umur untuk memahami arti kata tersebut.

Kekhawatiran saya itu cukup beralasan karena di jaman sekarang ini keberadaan lagu anak-anak untuk adik-adik kita sudah tergeser oleh kepopuleran lagu-lagu Radja, Peterpan atau Nidji. Dalam kata lain jaman sekarang sudah tidak jaman lagi lagu-lagu seperti Susan Jadi Dokter, Diobok-obok atau Abang Tukang Bakso.

Tentu akan menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi orang tua apabila anak-anaknya terpengaruh oleh lagu-lagu cinta orang dewasa. Entah apa jadinya bila suatu saat anak-anak kena marah oleh orang tuanya, mereka justru menimpali dengan kalimat, “mama ni dasar baj***an gitu aja ga boleh” (doh)